Rabu, 23 Maret 2016

inilah 5 mamalia yang telah punah

Inilah 5 Mamalia Yang Telah Punah dalam Dua Abad Terakhir

Laju kepunahan berbagai spesies belakangan semakin mengkuatirkan. Hilangnya satu spesies dari muka bumi berarti berkurangnya satu lagi kekayaan ragam hayati di alam.
Pada akhirnya kerusakan alam dan hilangnya spesies tidak bisa kembali seperti semula. Tak terhitung berapa jenis satwa yang sudah punah. Para ahli memperkirakan bahwa setiap tahun, puluhan bahkan ratusan spesies punah di alam liar, terutama karena intervensi manusia lewat perburuan, maupun perusakan habitatnya.
Di alam bebas terdapat lebih banyak lagi spesies yang lebih dulu punah sebelum sempat dicatat, diketahui dan dipelajari secara ilmiah. Banyak spesies yang punah jauh sebelum masa kita, sehingga banyak diantara kita yang tak sempat sekalipun melihat wujud mereka, baik langsung, maupun melalui media.
Mongabay Indonesia merangkum sepuluh mamalia besar yang telah punah dalam dua abad terakhir, sebagai pengingat bagi kita semua bahwa tanpa usaha yang maksimal dan terus menerus, satwa-satwa lain juga menunggu dan akan menuju jurang kepunahan total.

1. Harimau Tasmania (punah tahun 1936)
Thylacinus. Sumber: Wikipedia common
Thylacinus cynocephalus, Washington DC National Zoo, 1904. Sumber: Baker, EJ Keller/ Wikipedia common
Meskipun dijuluki harimau, harimau tasmania (Thylacinus cynocephalus) bukanlah keluarga harimau (panthera) yang dikenal. Satwa ini adalah hewan endemik benua utama Australia, populasinya diperkirakan telah menghilang sejak pengenalan anjing peliharaan oleh suku Aborigin ribuan tahun lalu, meskipun ada kemungkinan satwa ini bertahan sampai sampai awal abad ke-20 di pulau Tasmania.
Satwa ini disebut harimau tasmania karena punggungnya yang bercorak belang, namun ada juga yang menyebutnya serigala tasmania, dan dari mulut ke mulut disebut harimau tassie (atau tazzy) atau cukup harimau saja. Binatang ini adalah spesies terakhir dari genusnya, Thylacinus.
Satwa ini habis akibat diburu oleh manusia maupun anjing, rusaknya habitat, dan juga karena serangan penyakit. Harimau tasmania merupakan pemangsa yang ada di puncak rantai makanan dan merupakan karnivora marsupila (satwa berkantung) terbesar yang pernah diketahui.

2. Quagga (Punah pada tahun 1880-an)
Quagga. Sumber: Wikipedia common
Equus quagga, London Regent Park Zoo, 1870. Sumber: Wikipedia common
Quagga (Equus quagga quagga) adalah kerabat dekat dari kuda dan zebra, dengan tubuh coklat kekuningan dengan garis-garis hanya pada kepala, leher dan bahu dan dengan kaki pucat. Quagga adalah satwa endemik daerah gurun dari benua Afrika sampai akhirnya punah di alam liar pada 1870-an.
Quagga terakhir mati di kandang di sebuah kebun binatang di Inggris pada tahun 1880-an. Satwa cantik ini diburu dengan brutal oleh petani lokal maupun pemukim pendatang di Afrika selatan untuk diambil daging dan kulitnya.
Awalnya Quagga ini hanya dianggap sebagai Zebra Burchell betina, atau zebra hasil kawin silang. Karena hal tersebut, para pemburu tak henti memburunya sampai akhirnya menyadari bahwa zebra ini adalah spesies tersendiri. Dan semuanya sudah terlambat.

3. Serigala Falkland (punah tahun 1870-an)
Sumber; Keulemans, 1890/ Wikipedia common
Dusicyon australis. Sumber: ilustrasi Keulemans, 1890/ Wikipedia common
Serigala Kepulauan Falkland (Dusicyon australis) adalah satu-satunya mamalia darat asli Kepulauan Falkland, atau yang disebut juga kepulauan Malvinas, sebuah kawasan terpencil 500 km di sebelah timur daratan Argentina.
Satwa terakhir ditemukan mati di kawasan barat kepulauan Falkland pada tahun 1876. Spesies ini adalah satu-satunya spesies modern dalam genus Dusicyon. Genus yang berhubungan paling dekat dengan hewan ini adalah Lycalopex, termasuk Culpeo, yang dibawa ke Kepulauan Falkland pada zaman modern.
Serigala ini diketahui berasal dari Falkland Barat dan Timur. Pada tahun 1868 dan 1870, 2 serigala terakhir Falkland dibawa ke kebun binatang di Inggris. Keduanya mati beberapa tahun kemudian.

4. Harimau Jawa
Panthera tigris sondaica, foto di Ujung Kulon. Sumber: Andries Hoogerwerf/ Wikipedia common
Panthera tigris sondaica, foto di Ujung Kulon 1938. Sumber: Andries Hoogerwerf/ Wikipedia common
Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) adalah subspesies harimau endemik pulau Jawa. Harimau ini telah dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan alih fungsi habitatnya menjadi lahan pertanian dan pemukiman. Ukuran harimau jawa lebih kecil dibandingkan dengan spesies harimau lain.
Ukurannya yang kecil diyakini terkait dengan ukuran mangsanya yang tersedia di habitat mereka di pulau Jawa. Teorinya adalah bahwa semakin kecil mangsa, semakin kecil juga si predator. Pada suatu masa, harimau ini menghuni seluruh kawasan di Jawa.
Pada pertengahan 1800-an sampai pertengahan 1900-an pembukaan area pertanian, perkebunan dan hutan tanaman yang disponsori oleh pemerintah kolonial Belanda telah mendesak habitat satwa ini. Pembukaan lahan pertanian di Brebes dan Banyumas, Jawa Tengah dilaporkan telah membunuh ratusan harimau per tahunnya.
Orang-orang lokal menganggap harimau ini sebagai hama dan mengusir mereka ke daerah-daerah pegunungan terpencil, termasuk salah satunya di wilayah hutan pegunungan Meru Betiri di Jawa Timur. Banyak yang meyakini bahwa satwa ini masih tersisa, namun belum ada bukti yang kuat mengenai hal tersebut.

5. Harimau Bali
Panthera tigris balica, diburu dibunuh di Bali Barat oleh Oscar Vojnich, 1911. Sumber: Wikipedia common
Panthera tigris balica, dibunuh di Bali Barat oleh Oscar Vojnich, 1911. Sumber: Wikipedia common
Harimau bali (Panthera tigris balica), atau samong dalam bahasa lokal, adalah subspesies harimau yang dinyatakan sudah punah. Harimau bali adalah satwa endemik pulau Bali dan merupakan satu dari tiga subspesies harimau yang ada di Indonesia yaitu harimau sumatra (panthera tigris sumatrae) dan harimau jawa (panthera tigris sondaica) yang telah dinyatakan punah.
Harimau bali merupakan harimau terkecil dari ketiga subspesies harimau Indonesia. Harimau bali terakhir kali ditembak mati pada tahun 1925 di Sumber Kima, Bali Barat, dan resmi dinyatakan punah pada tanggal 27 September 1937.
Pulau Bali yang kecil dan tutupan hutannya yang terbatas, membuat para ahli meyakini bahwa populasi satwa ini tak pernah besar. Seluruh foto satwa ini sudah dalam keadaan mati ditembak, menandakan bahwa kepunahannya diduga akibat perburuan yang terus menerus, selain karena faktor hilangnya habitat akibat alih fungsi menjadi lahan pertanian dan pemukiman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar